Harga TBS Belum Bisa Sejahterakan Petani
ARGA MAKMUR, Bengkulu Ekspress - Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Bengkulu Utara Rp 700 sampai Rp 800 ditingkat petani. Nominal harga tersebut jelas belum bisa mensejahterakan petani kelapa sawit, apalagi petani kelapa sawit yang hanya memiliki lahan seluas 1 hektar.
Karena, sejumlah potongan sudah menunggu petani setiap bulannya, seperti biaya panen sawit mulai dari upah tukang kemudian biaya lain seperti merawat lahan, memupuk dan membersihkan dahan (pelepah) kelapa sawit agar buah tetap maksimal. Salah satu petani kelapa sawit, Sutamto mengatakan, jika pemeliharaan satu 1 hektar kebun kelapa sawit sesuai dengan pola, yakni membersihkan lahan kelapa sawit, membersihkan pelepah dan pemupukan 3 bulan sekali hasil kelapa sawit dalam satu hektar sekitar 800 Kg sampai 1,5 ton. Hasil tersebut kemudian dikalikan dengan rata-rata harga TBS. Setelah itu baru dipotong dengan upah tukang panen kelapa sawit Rp 180 ribu per-orang.
\"Jika satu hektar menghasilkan 800 Kg tinggal dikalikan Rp 800 ribu, hasilnya Rp 640.000. Hasil tersebut dipotong untuk upah tukang panen Rp 180 ribu untuk satu orang,\" jelasnya.
Memanen kelapa sawit dilakukan selama dua minggu sekali di Kabupaten Bengkulu Utara. Artinya sekali memanen, petani kelapa sawit akan mengeluarkan biaya untuk upah pekerja. Ada lagi pengeluaran untuk tiga bulan sekali. Yakni membersihkan lahan menggunakan mesin potong rumput Rp 150.000 ribu untuk satu hari (satu hektar biasanya membutuhkan waktu 3 hari).
Kemudian pemupukan, satu sak pupuk Rp 150.000, dalam satu hektar lahan membutuhkan 7 karung pupuk. Ditambah lagi upah membersihkan pelepah kelapa sawit Rp 200.000. Pengeluaran selama tiga bulan petani Rp 1,7 juta. \"Cara tersebut berlaku untuk petani yang mampu memberikana upah kepada tukang dan membeli pupuk,\" imbuhnya.
Hasil dari kebun kelapa sawit tentunya berbeda jika tidak dilakukan perawatan rutin seperti pemupukan dan membersihkan lahan kelapa sawit. Jika tidak dilakukan perawatan rutin, satu hektar menghasilkan sekitar 200 sampai 600 Kg. Jika hasil seperti itu, petani kelapa sawit tidak akan mengeluarkan biaya untuk perawatan.
Karena jika mengeluarkan biaya perawatan tidak akan cukup untuk menutupi kebutuhan sehari hari, belum lagi ditambah biaya lain seperti kebutuhan anak sekolah atau kebutuhan keluarga lain. Tidak heran jika petani yang hasil kelapa sawitnya minim lebih memilih melakukan perawatan kebun kelapa sawit sendiri, itupun jarang sekali bisa membeli pupuk karena harga yang mahal.
\"Nambah penghasilan dari kelapa sawit dengan cara jadi buruh. Karena jika hanya mengandalkan dari hasil kelapa sawit, tidak akan cukup,\" ujar Katiman petani kelapa sawit lain.(167)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: